Pages

Jumat, 07 Desember 2012

Usir parasit, burung bawa puntung rokok ke sarang


Pernah melihat burung gereja dengan paruh membawa puntung rokok? Jangan berpikir burung ini doyan merokok, tetapi inilah cara burung beradaptasi dengan lingkungan perkotaan. Puntung rokok itu akan dibawanya ke sarang, sebagai senjata mengusir parasit yang sering mengganggunya di sarang.
Tiga ilmuwan bahkan melakukan penelitian ini di Mexico City, dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Biology Letters – Royal Society Publishing, Kamis (6/12) kemarin.
Monserrat Suarez-Rodriguez bersama Isabel Lopez-Rull dan Constantino Macias Garcia dari Universidad Nacional Autonoma de Mexico melakukan penelitian ini berangkat dari fenomena banyaknya sarang burung di Mexico City, ibu kota Meksiko, yang dipenuhi puntung rokok.
Sejak awal mereka menduga bahwa ini merupakan cara burung perkotaan dalam beradaptasi dengan lingkungan perkotaan, yang nyaris tanpa lahan pertanian apalagi tanaman perkebunan. Di kawasan pedesaan, burung umumnya membangun sarang dari berbagai bahan yang ada di hutan, mulai dari dedaunan kering, ranting-ranting kecil, hingga lumut.
Burung-burung  di pedesaan juga mencari bahan kimia tertentu dari tanaman untuk dibawa ke sarang, guna menjaga sarangnya dari invasi tungau (sejenis kutu berwarna merah). Tetapi di perkotaan, burung mengalami kesulitan untuk mencari lahan pertanian dan perkebunan, apalagi mencari bahan kimia dari tanaman yang mampu mengusir tungau.
BURUNG GEREJA TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENDEKATI PUNTUNG ROKOK.
SEEKOR BURUNG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENDEKATI PUNTUNG ROKOK.
Ketiga peneliti kemudian menguji hipotesanya dengan melakukan penelitian mengenai puntung rokok yang kerap dibawa sejumlah burung. Mereka melakukan penelitan dalam dua tahap.
Pertama, mereka meneliti 55 sarang aktif di lingkungan kampus mereka. Disebut sarang aktif, karena ada induk burung dan telur yang dierami, atau ada induk burung dan piyik-piyik yang baru menetas. Sarang yang diteliri terdiri atas 27 sarang burung gereja (Parres domesticus) dan 28 sarang burung pipit (Carpodacus mexicanus).
Pada penelitian tahap pertama, semua sarang dipasangi perangkap panas yang ditutupi dengan selotip bolak-balik, kemudian serat filter rokok dilekatkan pada selotip bagian luar. Perangkap panas ini dikendalikan oleh baterai, yang apabila dinyalakan akan membuat serat filter rokok menjadi hangat.
Serat filter rokok dibedakan menjadi dua, yaitu filter dari puntung rokok atau rokok yang sudah pernah dihisap orang (berwarna cokelat kekuningan), dan filter rokok yang belum dihisap (warna putih bersih). Perlakuan ini dilakukan secara acak pada sarang burung gereja dan burung pipit. Artinya, setiap spesies burung akan kebagian perangkap panas dari dua jenis filter rokok tersebut.
Ketika baterai dalam posisi “on”, ternyata jumlah parasit pada sarang yang dipasangi perangkap panas dengan serat filter puntung rokok jauh lebih sedikit daripada sarang yang dipasangi perangkap panas dengan serat filter rokok yang masih baru.
Penelitian tahap pertama ini seperti menegaskan, aroma nikotin dari serat filter puntung rokok langsung menyebar ketika perangkap panas dihidupkan, sehingga pasukan parasit pun ngacir. Sebaliknya, serat filter yang masih putih bersih tidak berdampak banyak terhadap parasit.
SARANG BURUNG PENUH PUNTUNG ROKOK. BIASANYA DIJUMPAI PADA BURUNG GEREJA DAN PIPIT DI ALAM BEBAS.
SARANG BURUNG PENUH PUNTUNG ROKOK. BIASANYA DIJUMPAI PADA BURUNG GEREJA DAN PIPIT.
sarang-burung-penuh-puntung-rokok2
MEMBAWA PUNTUNG KE SARANG MERUPAKAN DAYA ADAPTATIF BURUNG-BURUNG PERKOTAAN DALAM MENGUSIR PARASIT KETIKA BAHAN ALAM DARI PERTANIAN DAN PERKEBUNAN TAK TERSEDIA.
Dalam percobaan kedua, mereka mengumpulkan 28 sarang burung gelatik dan 29 sarang burung pipit dari berbagai kawasan di Mexico City. Sarang ini diambil beberapa saat setelah piyik-piyik yang semula ada di sarang sudah bisa terbang dan meninggalkan sarangnya.
Di laboratorium, mereka membongkar semua sarang. Ternyata ada yang sama sekali tak berisi puntung rokok, tetapi ada juga yang dalam satu sarang terdapat 48 puntung rokok. Jika diambil rata-rata, setiap sarang terdapat 10 puntung rokok. Mereka mencari hubungan antara jumlah puntung rokok dan jumlah parasit (khususnya tungau) di dalam sarang. Ternyata eh ternyata…, makin banyak puntung rokok makin sedikit jumlah tungau di dalam sarang.
Penelitian kedua menegaskan bahwa burung-burung di perkotaan, khususnya burung gereja dan pipit, memiliki kebiasaan mengambil puntung rokok di mana pun mereka melihatnya, kemudian dibawanya ke sarang untuk mengusir kutu dan tungau yang kerap mengganggu sarangnya. Makin banyak puntung di dalam sarang, makin sedikit parasit yang mendiami sarang tersebut.
“Ini merupakan adaptasi cerdas yang dilakukan burung pemakan biji-bijian tersebut, sebab nikotin dan bahan kimia lainnya bisa bertindak sebagai pestisida yang mengusir parasit tungau atau kutu. Perilaku ini baru diamati pada burung di perkotaan,”kata Constantino Macias Garcia.
  • Berbagai jenis parasit seperti tungau, kutu, pinjal, caplak, lalat, dan nyamuk sangat dimungkinkan dijumpai pada tubuh burung di dalam sangkar maupun kandang penangkaran, Ujudnya yang kecil sering membuat kita luput memperhatikannya. Padahal gigitannya bisa menimbulkan radang.
  • Parasit menempel pada tubuh burung bagian luar, seperti permukaan kulit dan bulu. Karena sangat terganggu, burung yang terserang seringkali mogok bunyi. Untuk membasmi berbagai jenis parasit tersebut. Anda bisa menggunakan FreshAves. Khusus tungau yang menginfeksi bagian dalam tubuh, khususnya saluran pernafasan, sebaiknya menggunakan BirdFresh.
Tetapi kita perlu mengkritisi hasil penelitian ini untuk dua hal. Pertama, belum diuji seberapa dampak buruk dari cemaran nikotin terhadap burung, terlebih anak-anaknya. Jangan-jangan, penurunan populasi sejumlah burung di alam bebas bukan semata-mata akibat maraknya perburuan liar, tetapi juga banyak burung yang mati setelah beberapa waktu lamanya terpapar racun nikotin.
Kedua, ada bahan kimia beracun selain nikotin di dalam rokok, yaitu arsenic hidrogen sianida, yang juga patut diperhitungkan sebagai zat yang bisa mengusir parasit keluar dari sarangnya.
Tetapi, bagaimana pun, penelitian ketiga ilmuwan ini sangat berguna untuk menunjukkan bahwa burung urban pun memiliki kecerdasan dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Mereka tidak bisa lagi mencari bahan kimia dari tanaman yang bisa digunakan untuk mengusir parasit, seperti yang biasa dilakukan burung ketika hidup di pedesaan. Karena di kota banyak puntung, maka dibawanya puntung ke dalam sarang, dan ternyata berhasil mengurangi jumlah parasit.
Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Merpati Indonesia. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes And TM Web Design.